04/07/2011 - Ribuan Karyawan Freeport Gelar Mogok Kerja

Ribuan karyawan PT freeport Indonesia menggelar aksi mogok kerja. Karyawan berkumpul di depan pintu gerbang kota Kuala Kencana sambil menggelar orasi. foto : husyen al




                              Ribuan Karyawan PTFI Dilarang masuk Kuala Kencana


Ribuan karyawan PT Freeport Indonesia (PTFI) sejak pagi pukul 06.00 wit tiba di pintu masuk kota Kuala Kencana, Checkpoint Kuala Kencana, Senin (4/7). Saat tiba di pintu masuk kota Kuala Kencana karyawan dihadang oleh pasukan kendaraan Barracuda dari Detasemen Brimob B Papua  dan anggota aparat keamanan dari Polres Mimika.

Hingga siang tampak ribuan pekerja yang setia mendampingi Pengurus Unit Kerja Serikat Pekerja Kimia, Energy, dan Pertambangan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia PT Freeport Indonesia (PUK SP KEP SPSI PTFI) masih tetap menunggu bagaimana hasil negosiasi pengurus POUK SP KEP SPSI PTFI kepada Manajemen PTFI dan Kapolres Mimika.

Sementara aktifitas di dapur pertambangan PTFI di Tembagapura, Mile 74, Greseberg dan tambang bawah tanah, pelabuhan pengiriman konsentrat Portsite Amamapare Timika tutup total.  Dengan kata lain, aktifitas pertambangan FI lumpuh total, karena ribuan karyawan sudah meninggalkan Tembagapura dan Portsite untuk bergabung bersama karyawan lainnya yang sedang melaksanakan mogok di pintu masuk Kuala Kencana.   

Informasi yang diperoleh bahwa, hasil negosiasi pengurus PUK SP KEP SPSI PTFI  dengan Kapolres Mimika,  AKBP Denny Edward Siregar, SIK di depan pintu masuk Kuala Kencana bahwa manajemen PTFI tidak memperbolehkan karyawan untuk masuk ke kota Kuala Kencana.

 “Kami sudah bernegosiasi dengan Kapolres Mimika, diamana pada intinya manajemen melarang karaywan masuk ke kota Kuala Kencana untuk bertemu manajemen.  Harap teman-teman karyawan bersabar  hingga perjuangan kita mencapai tujuan yaitu perundingan. Saat ini beberapa pengurus PUK SP KEP SPSI sedang melakukan negosiasi terus menerus  dengan manajemen PTFI di Office Building (OB) satu Kuala Kencana. Pengurus terus melobi manajemen agar bersedia membuka ruang perundingan ,” kata Mesakh Sineri yang memberikan arahan kepada sejumlah komisariat  lapangan di depan pintu masuk Kuala Kencana.

Sementara Sekertaris Umum SP KEP SPSI Republik Indonesia, Subiyanto juga mengadakan lobi dengan Kapolres Mimika agar memperbolehkan ribuan karyawan masuk ke kota Kuala Kencana dan menduduki kantor PTFI di OB satu dan OB dua. Karena keinginan karyawan mau bertemu manajemen FI agar dapat membuka ruang perundingan dengan PUK SP KEP SPSI PTFI.

“ Kami sudah bisa menduga ada permainan tidak sehat yang dilakukan Manajemen PTFI entah kepada dan melalui siapa, karena secara jelas sudah kami sampaikan bahwa kepengurusan yang sah dalam PUK SP KEP SPSI PTFI adalah pengurus dibawah kepemimpinan saudara Sudiro. Dia dipilih oleh anggotanya yang adalah pekerja yang menurut aturan hokum itu sah. Sedangkan kepengurusan PUK SP KEP SPSI PTFI  Pergantian Antar Waktu (PAW)  itu buatan PD  SP KEP Provinsi Papua dan itu menyalahi aturan dan jelas tidak sah karena bukan dipilih oleh anggota,” terang Subiyanto ketika berdialog dengan Kapolres Siregar.
Menanggapi apa yang disampaikan Pengurus PUK SP KEP SPSI dan Sekjend SP KEP SPSI Pusat,  Kapolres Siregar untuk menempuh jalan kompromi dengan kepala dingin dengan  manajemen PTFI. Negosiasi diharapkan dapat ditingkatkan sehingga manajemen FI bersedi menerima tawaran  PUK SP KEP SPSI PTFI untuk berunding.

“Saya kira yang penting untuk dipahami bersama oleh pekerja saat menantikan bagaimana hasilnya adalah, jangan sampai terjadi hal-hal anarkhis. Termasuk jangan sampai ada orang yang terlihat membawa senjata tajam dan sejenisnya. Saya harap jaminan keamanan ini dapat dipertanggungjawabkan rekan-rekan pengurus PUK SP KEP SPSI PTFI,” pinta  Siregar.


Operasional Tambang Tembagapura- Portsite Mati Total, Ribuan Karyawan Turun ke Timika

Terhitung sejak pukul 24.00 wit malam tadi, karyawan di Tembagapura, Mile 74 ( tambang), Gressberg (tambang terbuka), under ground (tambang bawah tanah) tidak lagi beroperasi alias mati total. Info dari ribuan karyawan yang bekerja di Tembagapura dan Portsite mengakui karyawan sejak Selasa (4/7/2011) sudah bergegas turun untuk bergabung bersama rekan-rekan mereka yang di pintu masuk kota Kuala Kencana, Timika.  Beberapa karyawan yang enggan menyebutkan nama mereka di media ini menyatakan semua karyawan yang beroperasi di wilayah tembagapura dan sekitarnya sudah bergegas turun ke Timika dengan berjalan kaki.

 “ Tambang lumpuh total, karyawan yang berada di barak disuruh untuk semua turun ke Timika, jadi barak-barak juga kosong tak berpenghuni,” kata mereka. 

Sembari menjelaskan, menurut data statistik target produksi PT Freeport Indonesia yang biasanya dapat terlihat dalam website PTFI, ternyata sejak malam telah memasuki angka nol persen. Semetara karyawan yang turun ke Timika diperkirakan berjumlahj 4.000 orang dengan berjalan kaki sepanjang 60 kilo meter. Karyawan yang menempuh perjalanan dengan medan yang berat dan terjal, serta cuaca buruk, oksigen menipis. Tembagapura terletak diketinggian sekitar 3000 meter diatas permukaan laut,  dengan cuaca yang sangat ekstrim yang membuat karyawan harus berhati-hati. Ribuan karyawan dikawal oleh anggota dari Polsek Tembagapura hingga tiba di Kuala Kencana Timika.  

Bahkan sumber kuat dari Tembagapura menyebutkan sekitar  pukul 11.37 dikabarkan long march ribuan karyawan telah memasuki  terowongan Agawagon di Mile 58. Sementara pihak PUK SP KEP SPSI terus bernegosiasi agar manajemen dapat menyiapkan bus bagi karyawan yang turun dari Tembagapura.

Ketua PUK SP KEP SPSI PT Freeport Indonesia  Sudiro Hari ini diminta kepada teman-teman untuk menciptakan suasan tertib, kondusif. Dan tidak ada gerakan tambahan yang bisa menciptakan suasana menjadi keruh. Jangan merusak perusahaan, yang merusak dan membuat kacau bukan tujuan dari perjuangan. Percayalah bahwa perjuan yang dilakukan ini bisa dilewati kondisi ini, dengan hasil yang gemilang. Sukses itu suatu keyakinan, jadi harus yakin dalam perjuangan ini.

Sekarang ini kita mencari keadilan, segala cara sudah ditempuh. Namun semua pintu sudah ditutup untuk mendapatkan keadilan. Karean itu dikembalikan hokum tertinggi yaitu hati nurani kita. Jadi apapun nanti anggota yang memutuskan. Karena dalam organisasi keputusan ada di dalam tangan anggota. Tunjukkan kita bisa menyelesaikan permasalahn ini dengan etika, moral, berkeadilan untuk mencapai tujuan.  Hadir ditempat uini, merupakan NKRI. Dimana dalam pasal 33 UUD bumi air, dan sebagainya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan dan dimanfaatkan untuk sebesar-sebesarnya untuk \kemakmuran rakyat. Tidak ada tuntutan lain dan politik, jarean politik kita adalah kesejahteraan.
Subiyanto,

Saya hadiri disini sendiri, tetapi di jakrta juga berjuang bersama kawan-kawan. Rencananya tanggal 7 anggota DPP yang lainnya kesini.

Solidaritas jawab kuat, dengan solidaritas inilah akan mam;pu maka akan mampu untuk mencapai tujuan. Dan kemenangan akan dicapai untuk kesejahteraan dan kemajuan bersama.

Masalah pimpinan Sudiro di bekukan oleh DPD SPSI Provinsi dan kawan-kawan tidak rela. Dan kami dari DPP sudah men\upayakan untuk diselesaikan,. Dan tanggal 8 Juni sudah diundang PC dan PD untuk mengklarifikasi. Dan kami mendapatkan informasi dari versi mereka. Dan tanggal 10 juni diundang UK juga mengundang PUK untuk klraifikasi yang sama. Setelah disimpulkan, teryata awal permasalhan ini bukan organisasi, tetapi mis komunikasi yang ada dalam organisasi.

Tetapi menjadi permaslahan setelah ada SK pembekuan. Tangga 11 Juni diundang semuanya sebagai upaya DPP, untuk mendamaikan PUK, PC, dan PD. Tetapi tidak mendapatkan respon yang baik dari PC dan PD. Akhirnya tanggal 14 dilakukan rapat kembali dengan mengeluarkan surat keputusan nomor 287 yang intinya PD Provbinsi Papua telah melampaui batas kewenangannya. Dimana mereka telah membekukan PUK SPSI PTFI. Dan didalam AD/ART SPSI tidak dikenal kata-kata pembekuan. Dan kami melihat tidak ada alasan yang cukup untuk dilakukan pembekuan. Dan sampai hari ini sudah dijelaskan kepada Pemda dan Kapolres Mimika, bahwa pimpinan PUK SPSI PTFI  adalah Sudiro. Tidak ada yang lain.

Jadi kalaupun sampai hari ini belum ada hasil yang pasti, namun semuanya diserahkan pada yang di atas. Karena ini sudah di luar batas manusia. Apalagi kemarin kawan-kawan sudah berjalan kaki dari Mile 68 ke Timika sangat miris. Tetapi yakinlah bahwa kebenaran dan keadilan tidak bisa dikalahkan, dengan kekuatan dan kesabaran yang terpenting.untuk itu jangan mudah terprovokasi oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.

Lebih  lanjut Sudiro , Kapolres sebagai fasilitator untuk mempertemuakn PUK dengan manajemen untuk berunding. Apa mau kita apa maunya manajemen PTFI. Dalam hal ini diharapkan kepercayaan untuk melakukan komunikasi dengan pihak manajemen. Dan kawan-kawan harus mempercayakan semua ini, kareena saya tidak membeli kucing dalam karung. Dan apapun bentuknya saya mau transparansi sehingga tidak ada dusta diantara kita. Dan saya tidak akan mengambil keputusan yang sekiranya merugikan.

Dari pantauan dilapangan sejak aksi hari pertama mogok dilaksanakan sampai dengan hari kelima  belum ada hasil kesepakatan antara pihak manajemen dan Karyawan yang diwakili  pengurus PUK SPSI PTFI . Memang ada beberapa kali pertemuan yang difasiltasi oleh Kaporles Mimika AKBP Denny Siregar yang dilakukan di Pintu masuk Kuala Kencana maupun di Office Building (OB) , namun juga belum menghasilkan sebuah kesepakatan. Dari beberapa kali perundingan kedua pihak masing-masing bertahan dengan berbagai alasan, bahkan dari pihak SPSI memberikan sebuah opsi kepada pihak manajemen untuk bisa berdialog langsung dengan pemilik modal James Moffet.

Sementara itu pihak Dewan Perwakilan Rakyat daerah (DPRD) Kabupaten Mimika pada hari Jumat 8/7 melakukan pertemuan di ruang sidang kantor DPRD Mimika. Dalam pertemuan tersebut di pimpin langsung oleh Ketua DPRD Mimika Trifena M Tinal,Bsc, serta wakil Ketua III Karel Gwijangge. Selain itu turut hadir dari pihak Pemerintah kabupaten Mimika yang diwakili oleh Asisten III Evert Safuf, serta Kapolres Mimika AKBP Denny Siregar, dan unsur muspida lainnya.(husyen abdillah)


 

Salah seorang karyawan dengan menggunakan pegeras suara melakukan orasi di depan pintu masuk Kuala Kencana.  foto : husyen al

Sejumlah karyawan sedang berdiri di pintu gerbang Kuala Kencana sambil menunggu perundingan antara SPSI dan Manajemen PT FI.   foto : husyen al

Karyawan terus melakukan orasi dan meneriakkan yel-yel yang menuntut perbaikan upah.   foto : husyen al

Ribuan karyawan Freeport Indonesia yang hendak menuju Office Building (OB) dihadang aparat keamanan di depan pintu gerbang Kuala Kencana.   foto : husyen al

Tidak ada komentar:

Posting Komentar