Jenasah Almarhum Apolinaris Ikikitaro Dimakamkan

Jenazah Almarhum Apolinaris Ikikitaro saat diusung menuju Gereja Ketdral Tiga Raja untuk dilakukan Misa Riquem proses pemakaman. (foto : husyen)


Jenasah Almarhum Apolonaris Ikikitaro Dimakamkan
Uskup Pimpin Ibadah Misa Requem

TIMIKA-Jenasah almarhum Apolonaris Ikikitaro yang sudah empat hari disemayamkan di Kantor DPRD Mimika, Rabu (5/12) kemarin sudah dimakamkan di rumah kediamannya, yang berada di Kampung Karang Senang (SP3) . Pelaksanaan pemakaman almarhum Apolonaris Ikikitaro dilakukan, setelah adanya kesepakatan dan penandatanganan bersama, antara Keluarga Besar Kamoro dan Keluarga Besar Biak Numfor, di Resto dan CafĂ© 66 yang terletak di Jalan Cenderawasih, Selasa (4/12) lusa kemarin. Dimana tuntutan dari korban, baik dari keluarga dan lembaga adat Lemasko dan Lemasa, disanggupi oleh Keluarga Biak Numfor yang ada di Mimika. Dimana setelah adanya kesepakatan bersama, hasilnya disampaikan kepada masyarakat Kamoro yang ada di Kantor DPRD,pada Rabu (5/12) kemarin. 

Sebelum  dilakukan pemakaman, jenasah almarhum Apolo Ikikitaro yang disemayamkan selama empat hari di Kantor DPRD Mimika, dibawa ke Gereja Katedral Tiga Raja untuk dilakukan Misa Requem (ibadah pelepasan jenasah). Dimana peti jenasah almarhum Apolonaris Ikikitaro diarak oleh masyarakat Kamoro menuju Gereja Katedral Tiga Raja. Mama yang ikut dalam arakan menangis sesenggukan, karena mereka sangat kehilangan almarhum. Pelaksanaan ibadah Misa Requem dipimpin langsung oleh Uskup Keuskupan Timika MGR Jhon Philips Saklil, dan dihadiri oleh masyarakat Kamoro dan tenaga pendidik di Mimika. Uskup Keuskupan Timika MGR Jhon Philips Saklil dalam pelaksanaan ibadah menyampaikan, semua yang terjadi di muka bumi ini adalah rencana Tuhan. Dari hal tersebut banyak yang menyebabkan kematian manusia di dunia ini, mulai dari sakit, kecelakaan, dan yang lainnya. Dan hari ini kita semua melihat Almarhum Apolonaris Ekikitaro meninggal dunia karena dibunuh. “Terhadap permasalahan ini kita boleh marah, tetapi kita tidak ada yang pernah tau tentang rencana Tuhan. Karena itu, kalau terjadi permasalahan maka harus dikembalikan kepada Tuhan, karena itu semua adalah rencananya,”tuturnya. 

Semasa hidupnya almarhum Apolonaris Ikikitaro patut menjadi panutan kita semua. Dimana selama almarhum bekerja, pengabdiannya yang selama ini dilakukan sebagai seorang guru bisa dijadikan tauladan kita semua. Dari hal tersebut, maka marilah kejadian yang terjadi untuk dikembalikan kepadaNya. “Almarhum bisa dijadikan panutan bagi kita yang masih hidup di dunia ini. Karena selama ini, pengabdiannya sebagai seorang guru tidak pernah lelah dalam mendidik murid di Kabupaten Mimika. Dari hal tersebut, atas nama Gereja Katolik turut mengucapkan berkabung dan turut berduka cita sedalam-dalamnya,”tuturnya. Sementara perwakilan keluarga yang mengatakan, peristiwa yang saat ini menimpa keluarga adalah oknum yang tidak bertanggungjawab yang membuat Aplonaris Ikikitaro menjadi korban bersama istri. “Namun dari peristiwa tersebut, keluarga sudah merelakan. Dan apa yang sudah menjadi kesepakatan kedua keluarga untuk bisa dilaksanakan,”terangnya.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan, almarhum Apolo Ikikitaro merupakan sosok guru yang memiliki dedikasi tinggi. Dimana almarhum merupakan salah satu guru yang memiliki disiplin tinggi dan patut menjadi teladan bagi guru-guru yang lainnya. Karena itu, pihaknya mengajak kepada semua guru dan kepala sekolah untuk tetap menjunjung tinggi tugas dan kewajiban sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil, dalam hal ini guru. Sehingga akan menunjukkan dedikasi dalam pelaksanaan pendidikan di Kabupaten Mimika ini.  “Almarhum Apolonaris Ikikitaro memiliki dedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan. Dan hal ini bisa dijadikan tauladan dan contoh bagi guru-guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Sehingga kedepan nanti, akan muncul Apolo-apolo yang baru di Kabupaten Mimika, yang bisa membawa dunia pendidikan ini menuju hal yang lebih baik. Dan dalam kesempatan ini pula, kami dari Dinas P dan K mengucapkan turut berduka cita terhadap meninggalnya almarhum. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menjalankan hidupnya,”tuturnya.
Setelah pelaksanaan ibadah Misa Requem, jenasah dibawa ke Kampung Karang Senang (SP3). Dimana almarhum Apolonaris Ikikitaro akan dimakamkan, yaitu dekat dengan rumah. Dan jenasah pun diantar oleh mayarakat Kamoro, guru-guru, kepala sekolah, anggota DPRD dengan menggunakan kendaraan roda empat dan dua. Dan untuk masyarakat Kamoro diangkut dengan menggunakan pick up dan truk menuju tempat pemakaman, dengan pengawalan dari pihak kepolisian.(humas)




Keluarga dan Kerabat serta ratusan warga Suku Kamoro tengah mengusung peti jenazah Almarhum Apolinaris Ikikitaro untuk dibawah ke Gereja Katedral Tiga Raja untuk dilakukan Misa Riquem sebelum almarhum di makamkan, Rabu 5/12. (foto: husyen)

Ratusan warga Suku Kamoro mengiringi kepergian Jenazah Almarhum Apolinaris IkikiTaro ke Gereja Katedral Tiga Raja untuk dilakukan Misa Riquem sebelum di makamkan di SP 3,  Rabu (5/12). (foto: husyen)

Ini suasana di pertigaan Lampu Merah Gereja Katedral Tiga Raja saat jenazah Apolinaris hendak dibawa ke Gereja Katedral untuk dilakukan Misa Riquem sebelum almarhum di makamkan, Rabu (5/12). (foto : husyen)

Peti jenaza Almarhum Apolinaris Ikikitaro saat memasuki halaman Gereja Katedral Tiga Raja untuk dilakukan ibadah / Misa Riquem sebelum almarhum di makamkan, Rabu (5/12). foto : (husyen)

Peti jenaza Almarhum Apolinaris Ikikitaro saat memasuki halaman Gereja Katedral Tiga Raja untuk dilakukan ibadah / Misa Riquem sebelum almarhum di makamkan, Rabu (5/12). foto : (husyen)

Peti jenaza Almarhum Apolinaris Ikikitaro saat memasuki halaman Gereja Katedral Tiga Raja untuk dilakukan ibadah / Misa Riquem sebelum almarhum di makamkan, Rabu (5/12). foto : (husyen)

Kapolres Mimika AKBP Jermias Rontini,SIK (kanan), Dansatgas Amole AKBP Yusuf Wally (Kiri) dan Kasat Intel Polres Mimika AKP Tony Upuya yang turut memantau jalannya poses Misa Riquem untuk pemakaman Almarhum Apolinaris Ikikitaro di Gereja Katedral Tiga Raja, Rabu (5/12). (foto: husyen)

Dansatgas Amole AKBP Yusuf Wally bersama sejumlah aparat keamanan tengah bersiaga di sekitar Halaman Gereja Katedral Tiga Raja. (foto : husyen)

Anggota Detasemen Brimob Polda Papua dengan senjata lengkap bersiaga di sekitar halaman Gereja Katedral Tiga Raja. (foto : husyen)

Dua orang anak kecil sedang melihat sebuah mobil dinas milik pemda Mimika yang dirusak warga saat prosesi Misa Riquem Almarhum Apolinaris Ikikitaro. (foto: husyen)

Kecewa Dengan Kematian Apolinaris Ikikitaro Dua Kelompok Nyaris Bentrok



Aparat Keamanan bersenjata lengkap bersiaga di sekitar Pertigaan Gereja Ketedral Tiga Raja untuk mengantisipasi massa yang tidak terima atas kematian Kepsek Apolinaris Ikikitaro (humas)


 
Dua Kelompok Warga Hampir Bentrok di Gorong-Gorong

TIMIKA-Senin (3/12) Pagi ratusan warga dari dua kelompok yang berbeda nyaris terlibat bentrok di Jalan Gorong-gorong. Namun beruntung aparat dari Kepolisian Resort (Polres) Mimika, memblokade jalan dnegan memisahkan dua kelompok, agar tidak terjadi serang.Aksi hampir bentroknya kedua kelompok warga tersebut, merupakan buntut dari meninggalnya salah satu warga dari Suku Kamoro yang dianiaya, pada Sabtu (1/12) beberapa hari lalu di Kampung Karang Senang (SP3).  Dimana sampai saat ini, Senin (3/12) jenasah masih disemayamkan di Kantor DPRD Mimika. Dari meninggalnya salah satu warganya, masyarakat  dari Suku Kamoro menuntut balas atas kematian kerabatnya. Dimana masyarakat mempersenjatai diri dengan parang, tombak, dan bambu runcing.

Setelah dipisahkan dengan cara memblokade jalan dari kedua belah pihak, masyarakat dari Suku Kamoro, berjalan kaki menuju Kantor DPRD Mimika melalui Jalan A Yani,Jalan Bhayangkara, Jalan Yos Sudarso, dan Kantor DPRD Mimika. Jalan kaki yang dilakukan oleh masyarakat Kamoro dari Gorong-gorong menuju Kantor DPRD Mimika dikawal ketat oleh aparat kepolisian dari Polres Mimika, yang dipimpin Kapolres Mimika AKBP Jeremias Rontini,SIK. Selain itu dalam aksi dari kedua kelompok warga tersebut, aparat kepolisian menemukan senjata rakitan laras panjang dari salah satu masyarakat di daerah Gorong-gorong, yang mengaku sebagai kerabat korban. Dan dari penemuan tersebut, aparat kepolisian langsung melakukan pengamanan terhadap barang bukti berupa senjata dan pelaku yang membawa senjata.

Kapolres Mimika AKBP Jeremias Rontini,SIK saat ditemui Salam Papua,Senin (3/12) di depan Gereja Katedral mengatakan, terkait dengan dua aksi penyerangan yang dilakukan oleh masyarakat dari Suku Kamoro, yang dilakukan kemarin malam Minggu (2/12) dan Senin (3/12) pagi, pihaknya sudah melakukan pendekatan-pendekatan. Namun karena emosi massa yang belum bisa dikendalikan. Dalam arti, didalam Suku Kamoro sendiri tidak ada yang dianggap bisa mengendalikan. Dimana pada malam hari kemarin, aksi tersebut sudah diredam dan diarahkan kembali ke Kantor DPRD Mimika, namun pagi hari muncul lagi. Ini merupakan emosi-emosi yang dibangkitkan karena perasaan ingin balas dendam. Namun pihaknya menegaskan sebagai aparat kepolisian yang bertugas menegakkan hokum, bahwa pelaku sudah ditangkap. Artinya, diharapkan masyarakat mengikuti prosedur dan aturan yang ada dan berlaku.”Pelaku sudah ditahan di Mapolres 32. Dengan demikian diharapkan masyarakat memahami hal tersebut. Tetapi sempat terbesit nyawa dibalas dengan nyawa. Dan itu secara adat, namun itu sudah jaman dahulu. Namun sekarang ini sudah berbeda, karena ada hokum yang berlaku,”terangnya.

Melihat situasi dan aspirasi yang sudah didengar, diharapkan permasalahan hari ini Senin (3/12) kemarin bisa diselesaikan. Dimana kepolisian akan memfasilitasi untuk mediasi terhadap permasalahan ini. “Dengan demikian akan dilakukan pertemuan terhadap kedua belah pihak terkait masalah ini,”terangnya. Sedangkan dukungan dari Pemda, Kapolres mengatakan kemarin karena hari Sabtu dan Minggu jadi mereka libur. Namun pihaknya berharap permasalahan ini, Pemda Mimika akan datang untuk ikut berperan dalam penanganan permasalahan ini.Sementara terkait dengan senjata rakitan yang diamankan aparat kepolisian, Rontini mengatakan, saya belum melihat barangnya. Tetapi barang dan pelakunya sudah dibawa ke Mapolres 32, walaupun pihaknya belum mendapatkan laporan detailnya.”Senjata tersebut, bukan rakitan tetapi senapan angin yang dimodifikasi atau dirakit pendek. Tetapi kami belum mendapatkan laporan detailnya. Namun pelaku dan barang buktinya sudah diamankan di Mapolres 32,”terangnya.


Masyarakat Kamoro Mengamuk, Polisi Lepaskan Tembakan
Masyarakat dari Suku Kamoro, Senin (3/12) kemarin sempat mengamuk dan melempari aparat kepolisian dengan batu dan pecahan kaca. Dari keadaan tersebut, anggota Polres Mimika yang didukung Detasemen Brimob Papua, melepaskan tembakan peringatan dan gas air mata. Ini untuk meredakan amukan masa dan agar tidak menimbulkan permasalahan yang baru.  Berdasarkan informasi yang dihimpun Salam Papua di lapanga, kejadian berawal setelah masyarakat mendapatkan pengarahan dari Kapolres Mimika AKBP Jeremias Rontini, Uskup Keuskupan Timika Mgr Jhon Saklil,Pr, Anggota DPRD, tokoh masyarakat baik Kamoro maupun Amungme, dan Kepala Lemasko. Dimana arahan yang disampaikan dari Kapolres, Uskup, Tokoh masyarakat dan yang lainnya meminta masyarakat untuk bersabar dan menyerahkan semuanya kepada aturan dan hukum yang berlaku. Karena pelaku penganiayaan yang mengakibatkan meninggalnya Apolo Iki Kitaro sudah di tahan di Mapolres 32. Selain itu dalam arahannya juga meminta jenasah yang sudah disemayamkan di Kantor DPRD Mimika selama kurang lebih tiga hari tersebut, untuk segera dimakamkan. 

Dari arahan yang sudah disampaikan oleh Kapolres, Uskup, dan beberapa tokoh masyarakat kepada masyarakat  Kamoro yang menetap di Kantor DPRD Mimika mendapatkan tanggapan yang baik. Dimana masyarakat setuju, untuk segera dibawa ke Gereja Katedral untuk diibadahkan dan segera dimakamkan. Namun, pada saat tersebut pula masyarakat Kamoro mendapatkan informasi, bahwa di Gorong-gorong sudah dipalang oleh masyarakat dari Suku Biak. Informasi yang belum tentu kebenarannya, membuat  masyarakat Kamoro menjadi emosi. Dan ujungnya, mereka keluar dari Kantor DPRD dengan membawa tongkat, bamboo runcing, dan peralatan lainnya.Anggota Dalmas Polres Mimika dengan didukung Detasemen Brimob Polda Papua, melakukan paga betis. Dengan tujuan, masyarakat tidak keluar dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Dan untungnya  emosi masyarakat bisa diredam oleh aparat kepolisian dengan beberapa tokoh. Dimana Kapolres akan memastikan informasi yang didapatkan masyarakat tersebut. Walaupun masih emosi karena mendengar informasi tersebut, masyarakat Kamoro kembali ke Kantor DPRD Mimika.
Situasi pada saat itu, sudah agak terkendali melalui pendekatan yang dilakukan oleh Kapolres dan tokoh masyarakat yang ada. Namun selang beberapa lama tiga truk dari Poumako yang membawa masyarakat dari Kampung Kekwa, Distrik Mimika Timur Tengah datang. Masyarakat yang ada di Kantor DPRD segera menyambutnya dengan tari-tarian. Namun, dari gerakan sambutan atas kedatangan masyarakat dari Kekwa, masyarakat melempari batu ke arah aparat kepolisian yang sedang menjaga di pertigaan Gereja Katedral. Dari keadaan tersebut, untuk meredam amarah masyarakat aparat kepolisian mengeluarkan tembakan peringatan ke atas beberapa kali dan tembakan gas air mata. 

Dari lemparan batu yang dilakukan oleh masyarakat dan tembakan peringatan yang dilakukan aparat kepolisian, informasi yang didapat tidak ada korban luka ataupun meninggal dunia dari kedua belah pihak. Karena emosi masyarakat mampu diredam oleh tokoh masyarakat dan aparat  kepolisian dengan melakukan pendekatan, dan meminta untuk kembali ke dalam halaman Kantor DPRD Mimika. Dan sampai berita ini diturunkan, jenasah Apollo Iki Kitaro dan masyarakat Suku Kamoro masih berada di Kantor DPRD Mimika. Selain itu,pihak kepolisian masih berjaga-jaga dengan menutup arus lalu lintas, baik dari Tiga Raja menuju Jalan Cenderawasih maupun dari Diana Supermarket menuju Jalan Cenderawasih.Sementara Kapolres Mimika AKBP Jeremias Rontini,SIK yang ditemui wartawan setelah adanya sedikit ketegangan mengatakan, sampai saat ini untuk rencana pertemuan dengan kedua belah pihak belum dilakukan. Walaupun aspirasi dari kedua belah pihak untuk difasilitasi oleh pihak kepolisian baru saja diterima. Tetapi karena emosi dari masyarakat yang tidak terkontrol, sehingga ada sedikit ketegangan dan kejar-kejaran.

Jeremias juga menjelaskan, dalam menghadapi masyarakat dari Suku Kamoro saat ini tidak ada tokoh sentral yang bisa didengar. Bapak Uskup saja sebagai tokoh gereja oleh masyarakat tidak didengar. “Nah dari keadaan tersebut, kita berharap kepada tokoh sentral siapa untuk mereka dengar. Sementara Lemasko juga tidak bisa menangani masalah ini, apalagi pada saat hendak dilakukan koordinasi, terjadi situasi keos dan tidak ada pemimpin yang bisa meredakan amarah masyarakat. Karena tuntutan dari masyarakat adalah nyawa ganti nyawa. Hal ini sulit untuk dijabarkan oleh kepolisian. Kalau untuk masalah hokum, saat ini sudah ditahan. Kenapa mesti minta nyawa ganti nyawa,”terangnya. 

Walaupun demikian, Rontini mengatakan, pihak kepolisian sampai saat ini masih berupaya untuk mengendalikan dan memfasilitasi terhadap aspirasi dari masyarakat. Dimana pihak kepolisian sudah diminta untuk sebagai fasilitator. Dan saat itu aspirasi sudah diterima, namun belum sempat untuk duduk bersama suasana tidak terkendali terjadi. “Diharapkan permasalahan ini tidak berlarut-larut, dan segera duduk bersama antara kedua tokoh masyarakat, Pemda Mimika, dan DPRD Mimika, dengan pihak kepolisian sebagai fasilitas dari permasalahan ini. Dengan demikian akan ditemukan titik terang dalam penanganan permasalahan ini. Sehingga tidak mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat,”ungkapnya. (humas)

Keluarga Almarhum Apolinaris Ikikitaro yang tidak menerima kematiannya memblokir jalan di sekitar Kantor DPRD Mimika. (humas)


Aparat Keamanan terpaksa mengahalau massa yang hendak keluar dari halaman kantor DPRD Mimika untuk bentrok dengan keluarga pelaku yang ada disekitar Gorong-Gorong. (humas)


Kerabarat dan warga Suku Kamoro dengan perlengkapan perang berhadapan dengan warga saat menuju kesebuah pemukiman warga untuk meminta pertanggungjawaban atas tewasnya Apolinaris Ikikitaro. (humas)


Aparat Kepolisian melakukan barikade untuk menghalau massa yang melakukan anarkis di sekitar Kantor DPRD Mimika pasca meninggalnnya Apolinaris Ikikitaro. (humas)

Jenazah Apolinaris di Semayamkan di DPRD Mimika

Keluarga dan kerabat dari Almarhum Kepsek SD Inpres SP 3 ,Apolinaris Ikikitaro melakukan proses ada Suku Kamoro saat menempatkan jenasah Apolinaris Ikikitaro di pintu masuk Kantor DPRD Mimik, Sabtu (2/12) . (humas)


Terkait Kematian Kepala Sekola SP 3
Keluarga Korban Duduki Kantor DPRD Mimika

TIMIKA-Terkait kematian Kepala Sekolah SD Impres III Apolo Ikikitaro, Sabtu (01/12) Sekira Pukul 21.30 WIT yang tewas di aniaya menantunya sendiri berinisial RMR  diperumahan guru  Kampung Karang Senang, Distrik Kuala Kencana, Timika Papua, ratusan kerabatn dan keluarga menduduki kantor DPRD Mimika . Sebelum menginap di kantor DPRD Mimika , ratusan massa mengarak jenasah dari Kampung Karang Senang SP 3 menuju kota Timika. Arak-arak sempat melewati jalan Cendrawasih menuju Jalan Polsek Mimika Baru di Jalan C Heatubun, Ahmad Yani, Jalan Bhayangkari dan Jalan belibis dan menuju Kantor DPRD Mimika. Rombongan sempat mendatangi pemukiman sekitar gorong-gorong dan sempat terjadi pengrusakan sejumlah rumah dan kios warga, akibatnya warga lari berhamburan menyelamatkan diri.
Kerabat dan keluarga dari Almarhum Apolo Ikikitaro meminta agar pelaku diserahkan kepada keluaraga untuk di adili. Namun pihak aparat keamanan tidak menyetuji perminmtaan tersebut. Jenasah Apolo disemayamkan di depan pintu utama Kantor DPRD Mimika. 

Keesokan harinya, Senin (3/12) sejumlah anggota DPRD Mimika mendatangi atau menemui massa.  Diantaranya, Karel Gwijangge, Milier Kogoya, Athanasius Allo Rafra,SH, Nurman Karupukaro, Jimmy Erelak, Fandanita Silimang. Tidak hanya itu, pelaku jiga nyaris menghabisi nyawa istri korban bernama IreneWaukateyau, namun korban masih bisa diselamatkan, meskipun korban mengalami luka serius di bagian lehar kanan, sehingga korban dilarikan ke Rumah Sakit Mitera Masyarakat  (RSMM) Mimika oleh warga setepat  untuk menjalani perawatan medis.  Keluarga korban  yang mendengar adanya  peristiwa pembunuhan tersebut,  menggunakan senjata tajam  berupa parang dan bamboo runcing  mendatangi Kan  tor Kepolisian Sektor (Polsek) Kuala Kencana  menuntut  kepolisian menyerahkan pelaku pembunuhan  ke keluarga korban guna  mempertanggungjawabkan perbuatanya. 

Namun  kepolisian berhasil  melakukan  pendekatan persuasive dengan massa, sehingga keluarga korban  kembali ke  rumah duka, tempat korban di semayamkan di Kampung Karang Senang.Keluarga korban  yang mendengar kasus pembunuhan tersebut terlihat  memadati rumah duka dengan menggunakan senjata tajam. Mereka kecewa dengan pelaku  pembunuhan, meskipun Kapolres Mimika AKBP Jermias Rontini sempat, mendatangi rumah duka melakukan pendekatan persuasive dengan  massa. Namun  belum  membuahkan hasil.

Keluarga korban yang merasa  belum puas,  kemudian  melakukan longmarcs membawa kenazah almarum,  menuju kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Mimika dengan  pengamanan ketat aparat keamanan. Pukul 17.00 WIT massa tiba di halaman Kantor DPRD. Massa kemudian melampiaskan amarahnya dengan melempari  jendela kaca kantor DPRD membuat sebagian kaca kantor tersebut mengalami  keretakan,   hingga berita ini diturunkan  jenazah massih disemayamkan di Halaman Kantor DPRD. Keluarga korban menuntut kepolisian menyerahkan pelaku ke keluarga korban. Akibat penganiayaan tersebut, situasi keamanan di kota Timika  bersih tegang,  untuk mengantisipasi adanya ganguan keamanan secara umum, kepolisian terus melakukan peningkatan pengamanan  di dalam kota untuk mencegah adanya kaguan keamanan yang berpotensi menganggu keamanan secara umum.

Kapolres Mimika AKBP Jermias Rontini melalui Kapolsek Kuala Kencana AKP Benhard  L Malau mengatakan, pembunuhan tersebut berawa ketika sepeda motor korban  dibawah  iparnya. Namun, ketika pelaku meminta kembali sepeda motornya  tidak dikembalikan,sehingga korban melampiaskan emosinya.
 “Pelaku yang dalam keadaan mabuk kemudian terlibat keributan dengan korban yang merupakan menantunya. Pelaku yang dalam keadaan mabuk kemudian mengambil parang dan menganiayaa kedua korban dengan parang,” terang AKP Malau.

Dikatakan, akibat penganiayaan tersebut korban meninggal dunia  di Tempat Kejadian Perkara (TKP), sementara istri korban yang dikabatkan mengalami luka di bagian leher   mengalami luka serius sehingga dilarikan ke Rumah Sakit Mitera Masyarakat  (RMM) Mimika untuk menjalani perawatan medis.”Korban saat ini telah disemayamkan di rumah dukan, sementara istri korban masih dalam perawatan medis,” terang AKP Malau. AKP Benhard L Malau mengatakan, terkait dengan peristiwa tersebut  kepolisian telah mengamankan pelaku. Sehingga kepolisian menghimbau kepada keluarga korban untuk menahan diri, karena pelaku akan dip roses sesuai hokum yang berlaku“Pelaku  saat ini telah diamankan untuk menjalani pemeriksaan, sehingga keluarga korban diminta untuk  menghadapi persoalan ini dengan tenag,” terang AKP Benhar L Malau.  (humas)




Keluarga Korban Donatus Waukateyau saat membacakan tuntutannya kepada DPRD Mimika terkait meninggalnya Apolinaris Ikikitaro, (Jumat 1/12) di halaman kantor DPRD Mimika. (humas)


Kapolres Mimika AKBP Jermias Rontini dan Dansatgas Amole AKBP Yusuf Wally  dan Uskup Timika Mgr Jhon Philips Saklil saat mencoba memberikan pemahamanan kepada keluarga korban Almahrum Apolinaris Ikikitaro di halaman Kantor DPRD Mimika, Sabtu (1/12). (foto: humas)

Keluarga dan kerabatan Almarhum Apolinaris Ikikitaro tak tahan menahan rasa haru dan sedih ketika jenasahnya tiba di halaman kantor DPRD Mimika, Jumat 1/12. (foto: humas)

Salah satu tokoh masyarakat Suku Kamoro Philipus Munaweyau bersama Kapolres dan Dansatgas Amole mencoba meredam amarah warga atas meninggalnya Apolinaris Ikikitaro di halaman kantor DPRD Mimika, Jumat 1/12. (foto: humas)

Kerabat dan keluarga almarhum Apolinaris Ikikitaro menari sambil memegang bambu runcing yang tidak menerima kematian Kepsek SD Inpres SP 3 tersebut di halaman kantor DPRD Mimika. (foto: humas)