Kecewa Dengan Kematian Apolinaris Ikikitaro Dua Kelompok Nyaris Bentrok



Aparat Keamanan bersenjata lengkap bersiaga di sekitar Pertigaan Gereja Ketedral Tiga Raja untuk mengantisipasi massa yang tidak terima atas kematian Kepsek Apolinaris Ikikitaro (humas)


 
Dua Kelompok Warga Hampir Bentrok di Gorong-Gorong

TIMIKA-Senin (3/12) Pagi ratusan warga dari dua kelompok yang berbeda nyaris terlibat bentrok di Jalan Gorong-gorong. Namun beruntung aparat dari Kepolisian Resort (Polres) Mimika, memblokade jalan dnegan memisahkan dua kelompok, agar tidak terjadi serang.Aksi hampir bentroknya kedua kelompok warga tersebut, merupakan buntut dari meninggalnya salah satu warga dari Suku Kamoro yang dianiaya, pada Sabtu (1/12) beberapa hari lalu di Kampung Karang Senang (SP3).  Dimana sampai saat ini, Senin (3/12) jenasah masih disemayamkan di Kantor DPRD Mimika. Dari meninggalnya salah satu warganya, masyarakat  dari Suku Kamoro menuntut balas atas kematian kerabatnya. Dimana masyarakat mempersenjatai diri dengan parang, tombak, dan bambu runcing.

Setelah dipisahkan dengan cara memblokade jalan dari kedua belah pihak, masyarakat dari Suku Kamoro, berjalan kaki menuju Kantor DPRD Mimika melalui Jalan A Yani,Jalan Bhayangkara, Jalan Yos Sudarso, dan Kantor DPRD Mimika. Jalan kaki yang dilakukan oleh masyarakat Kamoro dari Gorong-gorong menuju Kantor DPRD Mimika dikawal ketat oleh aparat kepolisian dari Polres Mimika, yang dipimpin Kapolres Mimika AKBP Jeremias Rontini,SIK. Selain itu dalam aksi dari kedua kelompok warga tersebut, aparat kepolisian menemukan senjata rakitan laras panjang dari salah satu masyarakat di daerah Gorong-gorong, yang mengaku sebagai kerabat korban. Dan dari penemuan tersebut, aparat kepolisian langsung melakukan pengamanan terhadap barang bukti berupa senjata dan pelaku yang membawa senjata.

Kapolres Mimika AKBP Jeremias Rontini,SIK saat ditemui Salam Papua,Senin (3/12) di depan Gereja Katedral mengatakan, terkait dengan dua aksi penyerangan yang dilakukan oleh masyarakat dari Suku Kamoro, yang dilakukan kemarin malam Minggu (2/12) dan Senin (3/12) pagi, pihaknya sudah melakukan pendekatan-pendekatan. Namun karena emosi massa yang belum bisa dikendalikan. Dalam arti, didalam Suku Kamoro sendiri tidak ada yang dianggap bisa mengendalikan. Dimana pada malam hari kemarin, aksi tersebut sudah diredam dan diarahkan kembali ke Kantor DPRD Mimika, namun pagi hari muncul lagi. Ini merupakan emosi-emosi yang dibangkitkan karena perasaan ingin balas dendam. Namun pihaknya menegaskan sebagai aparat kepolisian yang bertugas menegakkan hokum, bahwa pelaku sudah ditangkap. Artinya, diharapkan masyarakat mengikuti prosedur dan aturan yang ada dan berlaku.”Pelaku sudah ditahan di Mapolres 32. Dengan demikian diharapkan masyarakat memahami hal tersebut. Tetapi sempat terbesit nyawa dibalas dengan nyawa. Dan itu secara adat, namun itu sudah jaman dahulu. Namun sekarang ini sudah berbeda, karena ada hokum yang berlaku,”terangnya.

Melihat situasi dan aspirasi yang sudah didengar, diharapkan permasalahan hari ini Senin (3/12) kemarin bisa diselesaikan. Dimana kepolisian akan memfasilitasi untuk mediasi terhadap permasalahan ini. “Dengan demikian akan dilakukan pertemuan terhadap kedua belah pihak terkait masalah ini,”terangnya. Sedangkan dukungan dari Pemda, Kapolres mengatakan kemarin karena hari Sabtu dan Minggu jadi mereka libur. Namun pihaknya berharap permasalahan ini, Pemda Mimika akan datang untuk ikut berperan dalam penanganan permasalahan ini.Sementara terkait dengan senjata rakitan yang diamankan aparat kepolisian, Rontini mengatakan, saya belum melihat barangnya. Tetapi barang dan pelakunya sudah dibawa ke Mapolres 32, walaupun pihaknya belum mendapatkan laporan detailnya.”Senjata tersebut, bukan rakitan tetapi senapan angin yang dimodifikasi atau dirakit pendek. Tetapi kami belum mendapatkan laporan detailnya. Namun pelaku dan barang buktinya sudah diamankan di Mapolres 32,”terangnya.


Masyarakat Kamoro Mengamuk, Polisi Lepaskan Tembakan
Masyarakat dari Suku Kamoro, Senin (3/12) kemarin sempat mengamuk dan melempari aparat kepolisian dengan batu dan pecahan kaca. Dari keadaan tersebut, anggota Polres Mimika yang didukung Detasemen Brimob Papua, melepaskan tembakan peringatan dan gas air mata. Ini untuk meredakan amukan masa dan agar tidak menimbulkan permasalahan yang baru.  Berdasarkan informasi yang dihimpun Salam Papua di lapanga, kejadian berawal setelah masyarakat mendapatkan pengarahan dari Kapolres Mimika AKBP Jeremias Rontini, Uskup Keuskupan Timika Mgr Jhon Saklil,Pr, Anggota DPRD, tokoh masyarakat baik Kamoro maupun Amungme, dan Kepala Lemasko. Dimana arahan yang disampaikan dari Kapolres, Uskup, Tokoh masyarakat dan yang lainnya meminta masyarakat untuk bersabar dan menyerahkan semuanya kepada aturan dan hukum yang berlaku. Karena pelaku penganiayaan yang mengakibatkan meninggalnya Apolo Iki Kitaro sudah di tahan di Mapolres 32. Selain itu dalam arahannya juga meminta jenasah yang sudah disemayamkan di Kantor DPRD Mimika selama kurang lebih tiga hari tersebut, untuk segera dimakamkan. 

Dari arahan yang sudah disampaikan oleh Kapolres, Uskup, dan beberapa tokoh masyarakat kepada masyarakat  Kamoro yang menetap di Kantor DPRD Mimika mendapatkan tanggapan yang baik. Dimana masyarakat setuju, untuk segera dibawa ke Gereja Katedral untuk diibadahkan dan segera dimakamkan. Namun, pada saat tersebut pula masyarakat Kamoro mendapatkan informasi, bahwa di Gorong-gorong sudah dipalang oleh masyarakat dari Suku Biak. Informasi yang belum tentu kebenarannya, membuat  masyarakat Kamoro menjadi emosi. Dan ujungnya, mereka keluar dari Kantor DPRD dengan membawa tongkat, bamboo runcing, dan peralatan lainnya.Anggota Dalmas Polres Mimika dengan didukung Detasemen Brimob Polda Papua, melakukan paga betis. Dengan tujuan, masyarakat tidak keluar dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Dan untungnya  emosi masyarakat bisa diredam oleh aparat kepolisian dengan beberapa tokoh. Dimana Kapolres akan memastikan informasi yang didapatkan masyarakat tersebut. Walaupun masih emosi karena mendengar informasi tersebut, masyarakat Kamoro kembali ke Kantor DPRD Mimika.
Situasi pada saat itu, sudah agak terkendali melalui pendekatan yang dilakukan oleh Kapolres dan tokoh masyarakat yang ada. Namun selang beberapa lama tiga truk dari Poumako yang membawa masyarakat dari Kampung Kekwa, Distrik Mimika Timur Tengah datang. Masyarakat yang ada di Kantor DPRD segera menyambutnya dengan tari-tarian. Namun, dari gerakan sambutan atas kedatangan masyarakat dari Kekwa, masyarakat melempari batu ke arah aparat kepolisian yang sedang menjaga di pertigaan Gereja Katedral. Dari keadaan tersebut, untuk meredam amarah masyarakat aparat kepolisian mengeluarkan tembakan peringatan ke atas beberapa kali dan tembakan gas air mata. 

Dari lemparan batu yang dilakukan oleh masyarakat dan tembakan peringatan yang dilakukan aparat kepolisian, informasi yang didapat tidak ada korban luka ataupun meninggal dunia dari kedua belah pihak. Karena emosi masyarakat mampu diredam oleh tokoh masyarakat dan aparat  kepolisian dengan melakukan pendekatan, dan meminta untuk kembali ke dalam halaman Kantor DPRD Mimika. Dan sampai berita ini diturunkan, jenasah Apollo Iki Kitaro dan masyarakat Suku Kamoro masih berada di Kantor DPRD Mimika. Selain itu,pihak kepolisian masih berjaga-jaga dengan menutup arus lalu lintas, baik dari Tiga Raja menuju Jalan Cenderawasih maupun dari Diana Supermarket menuju Jalan Cenderawasih.Sementara Kapolres Mimika AKBP Jeremias Rontini,SIK yang ditemui wartawan setelah adanya sedikit ketegangan mengatakan, sampai saat ini untuk rencana pertemuan dengan kedua belah pihak belum dilakukan. Walaupun aspirasi dari kedua belah pihak untuk difasilitasi oleh pihak kepolisian baru saja diterima. Tetapi karena emosi dari masyarakat yang tidak terkontrol, sehingga ada sedikit ketegangan dan kejar-kejaran.

Jeremias juga menjelaskan, dalam menghadapi masyarakat dari Suku Kamoro saat ini tidak ada tokoh sentral yang bisa didengar. Bapak Uskup saja sebagai tokoh gereja oleh masyarakat tidak didengar. “Nah dari keadaan tersebut, kita berharap kepada tokoh sentral siapa untuk mereka dengar. Sementara Lemasko juga tidak bisa menangani masalah ini, apalagi pada saat hendak dilakukan koordinasi, terjadi situasi keos dan tidak ada pemimpin yang bisa meredakan amarah masyarakat. Karena tuntutan dari masyarakat adalah nyawa ganti nyawa. Hal ini sulit untuk dijabarkan oleh kepolisian. Kalau untuk masalah hokum, saat ini sudah ditahan. Kenapa mesti minta nyawa ganti nyawa,”terangnya. 

Walaupun demikian, Rontini mengatakan, pihak kepolisian sampai saat ini masih berupaya untuk mengendalikan dan memfasilitasi terhadap aspirasi dari masyarakat. Dimana pihak kepolisian sudah diminta untuk sebagai fasilitator. Dan saat itu aspirasi sudah diterima, namun belum sempat untuk duduk bersama suasana tidak terkendali terjadi. “Diharapkan permasalahan ini tidak berlarut-larut, dan segera duduk bersama antara kedua tokoh masyarakat, Pemda Mimika, dan DPRD Mimika, dengan pihak kepolisian sebagai fasilitas dari permasalahan ini. Dengan demikian akan ditemukan titik terang dalam penanganan permasalahan ini. Sehingga tidak mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat,”ungkapnya. (humas)

Keluarga Almarhum Apolinaris Ikikitaro yang tidak menerima kematiannya memblokir jalan di sekitar Kantor DPRD Mimika. (humas)


Aparat Keamanan terpaksa mengahalau massa yang hendak keluar dari halaman kantor DPRD Mimika untuk bentrok dengan keluarga pelaku yang ada disekitar Gorong-Gorong. (humas)


Kerabarat dan warga Suku Kamoro dengan perlengkapan perang berhadapan dengan warga saat menuju kesebuah pemukiman warga untuk meminta pertanggungjawaban atas tewasnya Apolinaris Ikikitaro. (humas)


Aparat Kepolisian melakukan barikade untuk menghalau massa yang melakukan anarkis di sekitar Kantor DPRD Mimika pasca meninggalnnya Apolinaris Ikikitaro. (humas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar